Definisi Etos Kerja
Menurut Gregory (2003) sejarah
membuktikan negara yang dewasa ini menjadi negara maju, dan terus berpacu
dengan teknologi/informasi tinggi pada dasarnya dimulai dengan suatu etos kerja
yang sangat kuat untuk berhasil. Maka tidak dapat diabaikan etos kerja
merupakan bagian yang patut menjadi perhatian dalam keberhasilan suatu
perusahaan, perusahaan besar dan terkenal telah membuktikan bahwa etos kerja
yang militan menjadi salah satu dampak keberhasilan perusahaannya. Etos kerja
seseorang erat kaitannya dengan kepribadian, perilaku, dan karakternya. Setiap
orang memiliki internal being yang merumuskan siapa dia. Selanjutnya internal
being menetapkan respon, atau reaksi terhadap tuntutan external. Respon
internal being terhadap tuntutan external dunia kerja menetapkan etos kerja
seseorang (Siregar, 2000 : 25)
Etos berasal dari bahasa yunani
ethos yakni karakter, cara hidup, kebiasaan seseorang, motivasi
atau tujuan moral seseorang serta pandangan dunia mereka, yakni gambaran,
cara bertindak ataupun gagasan yang paling komprehensif mengenai tatanan.
Dengan kata lain etos adalah aspek evaluatif sebagai sikap mendasar terhadap
diri dan dunia mereka yang direfleksikan dalam kehidupannya (Khasanah, 2004:8).
Menurut Geertz (1982:3) Etos
adalah sikap yang mendasar terhadap diri dan dunia yang dipancarkan hidup.
Sikap disini digambarkan sebagai prinsip masing-masing individu yang sudah
menjadi keyakinannya dalam mengambil keputusan .
Menurut kamus Webster, etos didefinisikan sebagai keyakinan yang berfungsi sebagai panduan tingkah laku bagi seseorang, sekelompok, atau sebuah institusi (guiding beliefs of a person, group or institution).
Menurut Usman Pelly (1992:12), etos kerja adalah sikap yang muncul
atas kehendak dan kesadaran sendiri yang didasari oleh sistem orientasi nilai budaya terhadap kerja. Dapat dilihat dari
pernyataan di muka bahwa etos kerja mempunyai dasar dari nilai budaya, yang mana dari nilai
budaya itulah yang membentuk etos kerja masing-masing pribadi.
Etos kerja dapat diartikan
sebagai konsep tentang kerja atau paradigma kerja yang diyakini oleh seseorang
atau sekelompok orang sebagai baik dan benar yang diwujudnyatakan melalui
perilaku kerja mereka secara khas (Sinamo, 2003,2).
Menurut Toto Tasmara, (2002) Etos
kerja adalah totalitas kepribadian dirinya serta caranya mengekspresikan,
memandang, meyakini dan memberikan makna ada sesuatu, yang mendorong dirinya
untuk bertindak dan meraih amal yang optimal sehingga pola hubungan antara
manusia dengan dirinya dan antara manusia dengan makhluk lainnya dapat terjalin
dengan baik. Etos kerja berhubungan dengan beberapa hal penting seperti:
a. Orientasi ke masa depan, yaitu
segala sesuatu direncanakan dengan baik, baik waktu, kondisi untuk ke depan
agar lebih baik dari kemarin.
b. Menghargai waktu dengan adanya
disiplin waktu merupakan hal yang sangat penting guna efesien dan efektivitas
bekerja.
c. Tanggung jawab, yaitu
memberikan asumsi bahwa pekerjaan yang dilakukan merupakan sesuatu yang harus
dikerjakan dengan ketekunan dan kesungguhan.
d. Hemat dan sederhana, yaitu
sesuatu yang berbeda dengan hidup boros, sehingga bagaimana pengeluaran itu
bermanfaat untuk kedepan.
e. Persaingan sehat, yaitu dengan
memacu diri agar pekerjaan yang dilakukan tidak mudah patah semangat dan
menambah kreativitas diri.
Secara umum, etos kerja berfungsi
sebagai alat penggerak tetap perbuatan dan kegiatan individu sebagai seorang
pengusaha atau manajer. Menurut A. Tabrani Rusyan, (1989) fungsi etos kerja
adalah:
(a) pendorang
timbulnya perbuatan
(b) penggairah dalam aktivitas
(c) penggerak, seperti; mesin bagi mobil, maka besar kecilnya motivasi yang akan menentukan cepat lambatnya suatu perbuatan.
Cara Menumbuhkan Etos Kerja :
1. Menumbuhkan sikap optimis :
- Mengembangkan semangat dalam diri
- Peliharalah sikap optimis yang telah dipunyai
- Motivasi diri untuk bekerja lebih maju
2. Jadilah diri anda sendiri :
- Lepaskan impian
- Raihlah cita-cita yang anda harapkan
3. Keberanian untuk memulai :
- Jangan buang waktu dengan bermimpi
- Jangan takut untuk gagal
- Merubah kegagalan menjadi sukses
4. Kerja dan waktu :
- Menghargai waktu (tidak akan pernah ada ulangan waktu)
- Jangan cepat merasa puas
5. Kosentrasikan diri pada pekerjaan :
- Latihan berkonsentrasi
- Perlunya beristirahat
6. Bekerja adalah sebuah panggilan Tuhan(Khasanah, 2004)
Aspek Kecerdasan yang Perlu Dibina dalam Diri, untuk Meningkatkan Etos Kerja :
1. Kesadaran : keadaan mengerti akan pekerjaanya.
2. Semangat : keinginan untuk bekerja.
3. Kemauan : apa yang diinginkan atau keinginan, kehendak dalam bekerja.
4. Komitmen : perjanjian untuk melaksanakan pekerjaan (janji dalam bekerja).
5. Inisiatif : usaha mula-mula, prakarsa dalam bekerja.
6. Produktif : banyak menghasilkan sesuatu bagi perusahaan.
7. Peningkatan : proses, cara atau perbuatan meningkatkan usaha, kegiatan dan sebagainya dalam bekerja.
8. Wawasan : konsepsi atau cara pandang tentang bekerja.(Siregar, 2000, p.24)
(b) penggairah dalam aktivitas
(c) penggerak, seperti; mesin bagi mobil, maka besar kecilnya motivasi yang akan menentukan cepat lambatnya suatu perbuatan.
Cara Menumbuhkan Etos Kerja :
1. Menumbuhkan sikap optimis :
- Mengembangkan semangat dalam diri
- Peliharalah sikap optimis yang telah dipunyai
- Motivasi diri untuk bekerja lebih maju
2. Jadilah diri anda sendiri :
- Lepaskan impian
- Raihlah cita-cita yang anda harapkan
3. Keberanian untuk memulai :
- Jangan buang waktu dengan bermimpi
- Jangan takut untuk gagal
- Merubah kegagalan menjadi sukses
4. Kerja dan waktu :
- Menghargai waktu (tidak akan pernah ada ulangan waktu)
- Jangan cepat merasa puas
5. Kosentrasikan diri pada pekerjaan :
- Latihan berkonsentrasi
- Perlunya beristirahat
6. Bekerja adalah sebuah panggilan Tuhan(Khasanah, 2004)
Aspek Kecerdasan yang Perlu Dibina dalam Diri, untuk Meningkatkan Etos Kerja :
1. Kesadaran : keadaan mengerti akan pekerjaanya.
2. Semangat : keinginan untuk bekerja.
3. Kemauan : apa yang diinginkan atau keinginan, kehendak dalam bekerja.
4. Komitmen : perjanjian untuk melaksanakan pekerjaan (janji dalam bekerja).
5. Inisiatif : usaha mula-mula, prakarsa dalam bekerja.
6. Produktif : banyak menghasilkan sesuatu bagi perusahaan.
7. Peningkatan : proses, cara atau perbuatan meningkatkan usaha, kegiatan dan sebagainya dalam bekerja.
8. Wawasan : konsepsi atau cara pandang tentang bekerja.(Siregar, 2000, p.24)
Pengertian Etos Kerja itu Apa?
Jangan lupa kasih jempolmu!
Pengertian Etos Kerja itu Apa? Kamus wikipedia
menyebutkan bawa etos merupakan bahasa dari Yunani ; akar katanya
adalah ethikos yang mengandung arti moral atau menunjukkan karakter moral.
Dalam bahasa yunani kuno serta modern, etos mempunyai arti sebagai keberadaan
diri, jiwa dan pikiran yang membentuk seseorang.
* Pada webster's New Word Dictionary, 3rd College Edition, etos mempunyai definisi sebagai kecenderungan atau karakter; sikap, kebiasaan, keyakinan, yang berbeda dari individu atau kelompok. Bahkan dapat dikatakan bahwa etos pada dasarnya adalah tentang etika. Untuk fungsinya silahkan baca Fungsi Etos Kerja.
Dalam kamus bahasa Indonesia, Etos Kerja adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau suatu kelompok, dengan demikian Etos adalah sikap yang tetap dan mendasar yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dalam pola hubungan antara manusia dengan dirinya dan diluar dirinya.
Pengertian Etos Kerja menurut Para Ahli
Dari keterangan-keterangan diatas, dapat disimpulkan, bahwa kata etos berarti watak atau karakter seorang individu atau kelompok manusia yang berupa kehendak atau kemauan yang disertai dengan semangat yang tinggi guna mewujudkan suatu keinginan dan cita-cita.
Arti Etos Kerja adalah refleksi dari sikap hidup yang mendasar maka etos kerja pada dasarnya juga merupakan cerminan dari pandangan hidup yang berorientasi pada nilai-nilai yang berdimensi transenden (ilahiyah).
ASPEK-ASPEK ETOS KERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
Oleh : Satria Hadi Lubis (Widyaiswara Madya STAN)Isu tentang pentingnya meningkatkan etos (etika) kerja pada organisasi pemerintah dan swasta semakin mencuat akhir-akhir ini. Hal itu disebabkan semakin disadarinya pentingnya pemahaman etos kerja sebagai solusi untuk memecahkan masalah, terutama yang terkait dengan moral hazard di tempat kerja.
Artikel ini mencoba untuk menjawab apa yang dimaksud tentang etos kerja, aspek dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terwujudnya etos kerja di sebuah organisasi.
Menurut K. Bertens (1994), secara etimologis istilah etos berasal dari bahasa Yunani yang berarti “tempat hidup”. Mula-mula tempat hidup dimaknai sebagai adat istiadat atau kebiasaan. Sejalan dengan waktu, kata etos berevolusi dan berubah makna menjadi semakin kompleks. Dari kata yang sama muncul pula istilah ethikos yang berarti “teori kehidupan”, yang kemudian menjadi “etika”.
Dalam bahasa Inggris, etos dapat diterjemahkan menjadi beberapa pengertian antara lain starting point, to appear, disposition hingga disimpulkan sebagai character. Dalam bahasa Indonesia kita dapat menterjemahkannya sebagai “sifat dasar”, “pemunculan” atau “disposisi (watak)”.
Webster Dictionary mendefinisikan etos sebagai guiding beliefs of a person, group or institution. Etos adalah keyakinan yang menuntun seseorang, kelompok atau suatu institusi.
Sedangkan dalam The American Heritage Dictionary of English Language, etos diartikan dalam dua pemaknaan, yaitu:
- The disposition, character, or attitude peculiar to a specific people, culture or a group that distinguishes it from other peoples or group, fundamental values or spirit, mores. Disposisi, karakter, atau sikap khusus orang, budaya atau kelompok yang membedakannya dari orang atau kelompok lain, nilai atau jiwa yang mendasari, adat-istiadat.
- The governing or central principles in a movement, work of art, mode of expression, or the like. Prinsip utama atau pengendali dalam suatu pergerakan, pekerjaan seni, bentuk ekspresi, atau sejenisnya.
Menurut Anoraga (2009), etos kerja merupakan suatu pandangan dan sikap suatu bangsa atau umat terhadap kerja. Bila individu-individu dalam komunitas memandang kerja sebagai suatu hal yang luhur bagi eksistensi manusia, maka etos kerjanya akan cenderung tinggi. Sebaliknya sikap dan pandangan terhadap kerja sebagai sesuatu yang bernilai rendah bagi kehidupan, maka etos kerja dengan sendirinya akan rendah.
Menurut Sinamo (2005), etos kerja adalah seperangkat perilaku positif yang berakar pada keyakinan fundamental yang disertai komitmen total pada paradigma kerja yang integral. Menurutnya, jika seseorang, suatu organisasi, atau suatu komunitas menganut paradigma kerja, mempercayai, dan berkomitmen pada paradigma kerja tersebut, semua itu akan melahirkan sikap dan perilaku kerja mereka yang khas. Itulah yang akan menjadi budaya kerja.
Sinamo (2005) juga memandang bahwa etos kerja merupakan fondasi dari sukses yang sejati dan otentik. Pandangan ini dipengaruhi oleh kajiannya terhadap studi-studi sosiologi sejak zaman Max Weber di awal abad ke-20 dan penulisan-penulisan manajemen dua puluh tahun belakangan ini yang semuanya bermuara pada satu kesimpulan utama bahwa keberhasilan di berbagai wilayah kehidupan ditentukan oleh perilaku manusia, terutama perilaku kerja. Sebagian orang menyebut perilaku kerja ini sebagai motivasi, kebiasaan (habit) dan budaya kerja. Sinamo lebih memilih menggunakan istilah etos karena menemukan bahwa kata etos mengandung pengertian tidak saja sebagai perilaku khas dari sebuah organisasi atau komunitas, tetapi juga mencakup motivasi yang menggerakkan mereka, karakteristik utama, spirit dasar, pikiran dasar, kode etik, kode moral, kode perilaku, sikap-sikap, aspirasi-aspirasi, keyakinan-keyakinan, prinsip-prinsip, dan standar-standar.
Melalui berbagai pengertian diatas baik secara etimologis maupun praktis dapat disimpulkan bahwa etos kerja merupakan seperangkat sikap atau pandangan mendasar yang dipegang sekelompok manusia untuk menilai bekerja sebagai suatu hal yang positif bagi peningkatan kualitas kehidupan, sehingga mempengaruhi perilaku kerjanya.
Aspek-Aspek Etos (Etika) Kerja
Menurut Sinamo (2005), setiap manusia memiliki spirit (roh) keberhasilan, yaitu motivasi murni untuk meraih dan menikmati keberhasilan. Roh inilah yang menjelma menjadi perilaku yang khas seperti kerja keras, disiplin, teliti, tekun, integritas, rasional, bertanggung jawab dan sebagainya. Lalu perilaku yang khas ini berproses menjadi kerja yang positif, kreatif dan produktif.
Dari ratusan teori sukses yang beredar di masyarakat sekarang ini, Sinamo (2005) menyederhanakannya menjadi empat pilar teori utama. Keempat pilar inilah yang sesungguhnya bertanggung jawab menopang semua jenis dan sistem keberhasilan yang berkelanjutan (sustainable success system) pada semua tingkatan. Keempat elemen itu lalu dikonstruksikan dalam sebuah konsep besar yang disebutnya sebagai Catur Dharma Mahardika (bahasa Sansekerta) yang berarti Empat Darma Keberhasilan Utama, yaitu:
- Mencetak prestasi dengan motivasi superior.
- Membangun masa depan dengan kepemimpinan visioner.
- Menciptakan nilai baru dengan inovasi kreatif.
- Meningkatkan mutu dengan keunggulan insani.
1.
Kerja
adalah rahmat. Apa pun pekerjaan kita, entah pengusaha, pegawai kantor, sampai
buruh kasar sekalipun, adalah rahmat dari Tuhan. Anugerah itu kita terima tanpa
syarat, seperti halnya menghirup oksigen dan udara tanpa biaya sepeser pun.
2.
Kerja
adalah amanah. Kerja merupakan titipan berharga yang dipercayakan pada kita
sehingga secara moral kita harus bekerja dengan benar dan penuh tanggung jawab.
Etos ini membuat kita bisa bekerja sepenuh hati dan menjauhi tindakan tercela,
misalnya korupsi dalam berbagai bentuknya.
3.
Kerja
adalah panggilan. Kerja merupakan suatu darma yang sesuai dengan panggilan jiwa
sehingga kita mampu bekerja dengan penuh integritas. Jadi, jika pekerjaan atau
profesi disadari sebagai panggilan, kita bisa berucap pada diri sendiri, “I’m doing my best!”.
Dengan begitu kita tidak akan merasa puas jika hasil karya kita kurang baik
mutunya.
4.
Kerja
adalah aktualisasi. Pekerjaan adalah sarana bagi kita untuk mencapai hakikat
manusia yang tertinggi, sehingga kita akan bekerja keras dengan penuh semangat.
Apa pun pekerjaan kita, entah dokter, akuntan, ahli hukum, semuanya bentuk
aktualisasi diri. Meski kadang membuat kita lelah, bekerja tetap merupakan cara
terbaik untuk mengembangkan potensi diri dan membuat kita merasa “ada”.
Bagaimanapun sibuk bekerja jauh lebih menyenangkan daripada duduk termenung
tanpa pekerjaan.
5.
Kerja
adalah ibadah. Bekerja merupakan bentuk bakti dan ketakwaan kepada Tuhan,
sehingga melalui pekerjaan manusia mengarahkan dirinya pada tujuan agung Sang
Pencipta dalam pengabdian. Kesadaran ini pada gilirannya akan membuat kita bisa
bekerja secara ikhlas, bukan demi mencari uang atau jabatan semata.
6.
Kerja
adalah seni. Kesadaran ini akan membuat kita bekerja dengan perasaan senang
seperti halnya melakukan hobi. Sinamo mencontohkan Edward V Appleton, seorang
fisikawan peraih nobel. Dia mengaku, rahasia keberhasilannya meraih penghargaan
sains paling begengsi itu adalah karena dia bisa menikmati pekerjaannya.
7.
Kerja
adalah kehormatan. Seremeh apa pun pekerjaan kita, itu adalah sebuah
kehormatan. Jika bisa menjaga kehormatan dengan baik, maka kehormatan lain yang
lebih besar akan datang kepada kita. Sinamo mengambil contoh etos kerja Pramoedya
Ananta Toer. Sastrawan Indonesia
kawakan ini tetap bekerja (menulis), meskipun ia dikucilkan di Pulau Buru yang
serba terbatas. Baginya, menulis merupakan sebuah kehormatan. Hasilnya, semua
novelnya menjadi karya sastra kelas dunia.
8.
Kerja
adalah pelayanan. Manusia bekerja bukan hanya untuk memenuhi kebutuhannya
sendiri saja tetapi untuk melayani, sehingga harus bekerja dengan sempurna dan
penuh kerendahan hati. Apa pun pekerjaan kita, pedagang, polisi, bahkan penjaga
mercusuar, semuanya bisa dimaknai sebagai pengabdian kepada sesama.
Anoraga
(2009) juga memaparkan secara eksplisit beberapa sikap yang seharusnya
mendasari seseorang dalam memberi nilai pada kerja, yang disimpulkan sebagai
berikut:
1.
Bekerja adalah hakikat kehidupan manusia.
2.
Bekerja adalah suatu berkat Tuhan.
3.
Bekerja merupakan sumber penghasilan yang halal dan tidak amoral.
4.
Bekerja merupakan suatu kesempatan untuk mengembangkan diri dan berbakti.
5.
Bekerja merupakan sarana pelayanan dan perwujudan kasih
Dalam tulisannya,
Kusnan (2004) menyimpulkan pemahaman bahwa etos kerja mencerminkan suatu sikap
yang memiliki dua alternatif, positif dan negatif. Suatu individu atau kelompok
masyarakat dapat dikatakan memiliki etos kerja yang tinggi apabila menunjukkan
tanda-tanda sebagai berikut:
1.
Mempunyai penilaian yang sangat positif terhadap hasil kerja manusia,
2.
Menempatkan pandangan tentang kerja, sebagai suatu hal yang amat luhur bagi
eksistensi manusia,
3.
Kerja yang dirasakan sebagai aktivitas yang bermakna bagi kehidupan manusia,
4.
Kerja dihayati sebagai suatu proses yang membutuhkan ketekunan dan sekaligus
sarana yang penting dalam mewujudkan cita-cita,
5.
Kerja dilakukan sebagai bentuk ibadah.
Bagi individu
atau kelompok masyarakat yang memiliki etos kerja yang rendah, maka akan
ditunjukkan ciri-ciri yang sebaliknya (Kusnan, 2004), yaitu :
1.
Kerja dirasakan sebagai suatu hal yang membebani diri,
2.
Kurang dan bahkan tidak menghargai hasil kerja manusia,
3.
Kerja dipandang sebagai suatu penghambat dalam memperoleh kesenangan,
4.
Kerja dilakukan sebagai bentuk keterpaksaan,
5.
Kerja dihayati hanya sebagai bentuk rutinitas hidup.
Dari berbagai
aspek yang telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa seseorang yang
memiliki etos kerja tinggi akan terus berusaha untuk memperbaiki dirinya,
sehingga nilai pekerjaannya bukan hanya bersifat produktif materialistik tapi
juga melibatkan kepuasaan spiritualitas dan emosional.Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Etos Kerja
Etos (etika) kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Agama
Dasar
pengkajian kembali makna etos kerja di Eropa diawali oleh buah pikiran Max
Weber.Salah satu unsur dasar dari kebudayaan modern, yaitu rasionalitas (rationality) menurut Weber
(1958) lahir dari etika Protestan. Pada dasarnya agama merupakan suatu sistem
nilai. Sistem nilai ini tentunya akan mempengaruhi atau menentukan pola hidup
para penganutnya. Cara berpikir, bersikap dan bertindak seseorang pastilah
diwarnai oleh ajaran agama yang dianutnya jika ia sungguh-sungguh dalam
kehidupan beragama. Dengan demikian, kalau ajaran agama itu mengandung
nilai-nilai yang dapat memacu pembangunan, jelaslah bahwa agama akan turut
menentukan jalannya pembangunan atau modernisasi.Weber memperlihatkan bahwa doktrin predestinasi dalam protestanisme mampu melahirkan etos berpikir rasional, berdisiplin tinggi, bekerja tekun sistematik, berorientasi sukses (material), tidak mengumbar kesenangan --namun hemat dan bersahaja (asketik), dan suka menabung serta berinvestasi, yang akhirnya menjadi titik tolak berkembangnya kapitalisme di dunia modern.
Sejak Weber menelurkan karya tulis The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism (1958), berbagai studi tentang etos kerja berbasis agama sudah banyak dilakukan dengan hasil yang secara umum mengkonfirmasikan adanya korelasi positif antara sebuah sistem kepercayaan tertentu dengan kemajuan ekonomi, kemakmuran, dan modernitas (Sinamo, 2005).
2. Budaya
Luthans
(2006) mengatakan bahwa sikap mental, tekad, disiplin dan semangat kerja
masyarakat juga disebut sebagai etos budaya. Kemudian etos budaya ini secara
operasional juga disebut sebagai etos kerja. Kualitas etos kerja ditentukan
oleh sistem orientasi nilai budaya masyarakat yang bersangkutan. Masyarakat
yang memiliki sistem nilai budaya maju akan memiliki etos kerja yang tinggi.
Sebaliknya, masyarakat yang memiliki sistem nilai budaya yang konservatif akan
memiliki etos kerja yang rendah, bahkan bisa sama sekali tidak memiliki etos
kerja.
3. Sosial politik
Menurut
Siagian (1995), tinggi atau rendahnya etos kerja suatu masyarakat dipengaruhi
juga oleh ada atau tidaknya struktur politik yang mendorong masyarakat untuk
bekerja keras dan dapat menikmati hasil kerja keras mereka dengan penuh.
4. Kondisi lingkungan
(geografis)
Siagian(1995)
juga menemukan adanya indikasi bahwa etos kerja dapat muncul dikarenakan
faktor kondisi geografis. Lingkungan alam yang mendukung mempengaruhi manusia
yang berada di dalamnya melakukan usaha untuk dapat mengelola dan mengambil
manfaat, dan bahkan dapat mengundang pendatang untuk turut mencari penghidupan
di lingkungan tersebut.
5. Pendidikan
Etos kerja
tidak dapat dipisahkan dengan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan sumber
daya manusia akan membuat seseorang mempunyai etos kerja keras. Meningkatnya
kualitas penduduk dapat tercapai apabila ada pendidikan yang merata dan
bermutu, disertai dengan peningkatan dan perluasan pendidikan, keahlian dan
keterampilan, sehingga semakin meningkat pula aktivitas dan produktivitas
masyarakat sebagai pelaku ekonomi (Bertens, 1994).
6. Motivasi intrinsik
individu
Anoraga
(2009) mengatakan bahwa individu memiliki etos kerja yang tinggi adalah
individu yang bermotivasi tinggi. Etos kerja merupakan suatu pandangan dan
sikap, yang tentunya didasari oleh nilai-nilai yang diyakini seseorang.
Keyakinan ini menjadi suatu motivasi kerja, yang mempengaruhi juga etos kerja
seseorang.Menurut Herzberg (dalam Siagian, 1995), motivasi yang sesungguhnya bukan bersumber dari luar diri, tetapi yang tertanam (terinternalisasi) dalam diri sendiri, yang sering disebut dengan motivasi intrinsik. Ia membagi faktor pendorong manusia untuk melakukan kerja ke dalam dua faktor yaitu faktor hygiene dan faktor motivator. Faktor hygiene merupakan faktor dalam kerja yang hanya akan berpengaruh bila ia tidak ada, yang akan menyebabkan ketidakpuasan. Ketidakhadiran faktor ini dapat mencegah timbulnya motivasi, tetapi ia tidak menyebabkan munculnya motivasi. Faktor ini disebut juga faktor ekstrinsik, yang termasuk diantaranya yaitu gaji, status, keamanan kerja, kondisi kerja, kebijaksanaan organisasi, hubungan dengan rekan kerja, dan supervisi. Ketika sebuah organisasi menargetkan kinerja yang lebih tinggi, tentunya organisasi tersebut perlu memastikan terlebih dahulu bahwa faktor hygiene tidak menjadi penghalang dalam upaya menghadirkan motivasi ekstrinsik.
Faktor yang kedua adalah faktor motivator sesungguhnya, yang mana ketiadaannya bukan berarti ketidakpuasan, tetapi kehadirannya menimbulkan rasa puas sebagai manusia. Faktor ini disebut juga faktor intrinsik dalam pekerjaan yang meliputi pencapaian sukses (achievement), pengakuan (recognition), kemungkinan untuk meningkat dalam karier (advancement), tanggungjawab (responsibility), kemungkinan berkembang (growth possibilities), dan pekerjaan itu sendiri (the work itself). Hal-hal ini sangat diperlukan dalam meningkatkan performa kerja dan menggerakkan pegawai hingga mencapai performa yang tertinggi.
Dengan memahami apa itu etos kerja, serta aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam menerapkan etos kerja serta faktor-faktor yang mempengaruhinya diharapkan sebuah organisasi (termasuk organisasi Kementerian Keuangan) akan meningkat produktifitas dan profesionalitas kerjanya.
****
Daftar Bacaan :
Lubis,
Satria Hadi. 2011. Bahan
Ajar Etika Profesi PNS. STAN, Tangsel.
Bertens,
K. 1994. Etika.Gramedia,
Jakarta .
Sinamo,
Jansen. 2005. Delapan Etos
Kerja Profesional: Navigator Anda Menuju Sukses. Grafika Mardi
Yuana, Bogor .
Anoraga,
Pandji. 2009. Manajemen Bisnis. Rineka Cipta, Jakarta .
Kusnan,
Ahmad. 2004. Analisis Sikap,
Iklim Organisasi, Etos Kerja dan Disiplin Kerja dalam menentukan Efektifitas
Kinerja Organisasi di Garnisun Tetap III Surabaya. Tesis.
Universitas Airlangga, Surabaya .
Luthans,
Fred. 2006. Perilaku
Organisasi. Andi, Yogyakarta .
Siagian,
Prof. Dr. Sondang P.1995. Teori
Motivasi Dan Aplikasinya. Rineka Cipta, Jakarta .
Prinsip dan Ciri Etos Kerja Seorang Muslim
Kumpulan Contoh Makalah: Prinsip dan Ciri Etos Kerja Seorang
Muslim. Prinsip-prinsip dan Ciri-ciri etos kerja seorang muslim - Materi kuliah
mata kuliah manajemen Islam tentang Etos Kerja Muslim (agama Islam).
Prinsip dan Ciri Etos Kerja
Muslim ini adalah pembahasan lanjutan dari pembahasan yang terkait
sebelumnya, yaitu: pembahasan tentang pengertian dan maksud Etos Kerja
dipandang dari segi Agama Islam. Baca: Pengertian dan Maksud Etos Kerja Muslim.
Lima
Prinsip Kerja Seorang Muslim
Berikut adalah lima prinsip kerja seorang muslim:
1. Kerja, Aktivitas, dan Amal
Kerja, aktivitas, amal dalam Islam adalah perwujudan rasa syukur kita kepada nikmat Allah SWT.
1. Kerja, Aktivitas, dan Amal
Kerja, aktivitas, amal dalam Islam adalah perwujudan rasa syukur kita kepada nikmat Allah SWT.
……اعملوا آل داود شكرا وقليلٌ مّن عبادي الشكور
“……Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih”, (QS.
2. Berorientasi Pada Pencapaian
Seorang Muslim hendaknya berorientasi pada pencapaian hasil: hasanah fi ad-dunyaa dan hasanah fi al-Akhirah
وِمنهم مَّن يقول ربّنا آتنا في الدّنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب
النّار
“Dan di antara mereka ada orang yang bendo'a: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka’”, (QS. Al-Baqarah : 201).
3. Berkarakter al-Qawiyy dan al-Amiin
Dua karakter utama yang hendaknya kita miliki, yaitu: al-Qawiyy dan al-Amiin.
قالت إحداهُما يا أبت استأجره إنّ خير من استأجرت القويّ الْأمين
Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya", (QS. Al-Qashash: 26).
Al-Qawiyy merujuk kepada: reliability, dapat diandalkan. Juga berarti, memiliki kekuatan fisik dan mental (emosional, intelektual, spiritual). Sementara al-Amiin, merujuk kepada integrity, satunya kata dengan perbuatan alias jujur, dapat memegang amanah.
4. Kerja Keras
Ciri pekerja keras adalah sikap pantang menyerah; terus mencoba hingga berhasil. Kita dapat meneladani ibunda Ismail AS Sehingga seorang pekerja keras tidak mengenal kata gagal (atau memandang kegagalan sebagai sebuah kesuksesan yang tertunda).
5. Kerja Cerdas
Cirinya memiliki pengetahuan dan keterampilan; terencana; memanfaatkan segenap sumberdaya yang ada. Seperti yang tergambar dalam kisah Nabi Sulaeman AS (Alaihi Salam) jika etos kerja dimaknai dengan semangat kerja, maka etos kerja seorang Muslim bersumber dari visinya: meraih hasanah fiddunya dan hasanah fi al-Akhirah. Jika etos kerja difahami sebagai etika kerja; sekumpulan karakter, sikap, mentalitas kerja, maka dalam bekerja, seorang Muslim senantiasa menunjukkan kesungguhan.
Ciri-Ciri Etos Kerja Muslim
Setelah kita mengetahui beberapa prinsip kerja seorang
muslim sejati di atas, kini sekarang kita akan menjabarkan beberapa ciri
etos kerja seorang Muslim.
- Mereka kecanduan terhadap waktu → Menyusun tujuan, realisasi, kerja, evaluasi
- Hidup berhemat dan efisien
- Ikhlas
- Jujur
- Memiliki komitmen → Tekad dan keyakinan, tidak mudah menyerah
- Istiqomah
- Berdisiplin → berhati-hati dan tanggungjawab dalam kerja
- Konsekuen dan berani menghadapi tantangan
- Memiliki sikap percaya diri
- Kreatif
- Bertanggungjawab → kerja sebagai amanah
- Mereka bahagia karena melayani/ menolong
- Memiliki harga diri
- Memiliki jiwa kepemimpinan
- Berorientasi ke masa depan
- Memiliki jiwa wiraswasta
- Memiliki insting bertanding
- Mandiri (Independent)
- Kecanduan belajar dan haus mencari ilmu
- Memiliki semangat perantauan
- Memperhatikan kesehatan dan gizi
- Tangguh dan pantang menyerah
- Berorientasi pada produktivitas
- Memperkaya jaringan silaturahim
- Memiliki semangat perubahan.
Mampukah kita, seorang muslim, menguasai ciri-ciri etos kerja muslim yang jumlahnya kurang lebih 25 ciri etos kerja? Jika kita benar-benar seorang muslim/muslimah, mari kita bersama-sama untuk memiliki ciri-ciri etos kerja tersebut di atas. Semoga kita mendapatkan ridho Allah. Aamiin ya rabbal 'aalamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar